Selasa, 25 November 2014

CINTAKU JAUH DI PULAU
Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

Kamis, 20 November 2014

Tentang Matahari

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh,
adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata :
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.

Rabu, 12 November 2014

SENJA
Uni Sofia

Gemercik hujan kian mereda
Riak gembira berirama
Kepenatan sirna dilema melanda
Senja
Aku terpana akan kehadiranmu
Anganku terpaku menghapus luka
Menghadirkan kisah baru
Yang terpahat indah dihatiku
Senja
Satu kata yang menuntun dalam kegelapan malam
Eksistensimu merasuk jiwa
Mengalir dalam pelita
Senyum yang menari dalam hamparan impian
Senja
Yang hanya bisa kulihat dibalik senyummu
Dia adalah kamu.

Kamis, 06 November 2014

KERINDUAN

Sunyi cuaca malam ini
Tak satu pun terdengar suara burung
Menandakan suasana seperti bunga layu
Yang tak pernah tersirami
Kini hanya bisa merasakan kerinduan
Kerinduan memikirkanmu
Susah Menghilang dari memoriku
Karena kau adalah mantan terindah

Kau mengahancurkan semua impian
Terima kasih kau racuni hatiku
Hingga ku tersiksa sendiri dalam kesunyian.

Rabu, 05 November 2014

PUISIKU

Aku ingin menjadi al-ta'rif
Agar bisa mengkhususkanmu didalam hatiku
Aku ingin menjadi dhomir na
Yang akan tetap mencintaimu
Dimanapun aku berada
Aku ingin menjadi harakat fathah
Yang menempatkanmu diatas segalanya
Tetapi semua itu akan angan saja
Karena dimatamu aku hanyalah huruf ilat
Yang tidak diharapkan kedatangannya.

Selasa, 04 November 2014

MENUJU KE LAUT


Kami telah meninggalkan engkau
tasik yang tenang, tiada beriak
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
Dari mimpi yang nikmat
Ombak ria berkejar-kejaran
Di gelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup
Tebing curam ditantang diserang
Dalam bergurau bersama angin
Dalam berlomba bersama mega 
Sejak itu jiwa gelisah
Selalu berjuang, tiada reda
Ketenangan lama rasa beku
Gunung pelindung rasa pengalang
Berontak hati hendak bebas
Menyerang segala apa mengadang
Gemuruh berderau kami jatuh
Terhempas berderai mutiara bercahaya
Gegap gempita suara mengerang
Dahsyat bahna suara menang
Keluh dan gelak silih berganti
Pekik dan tempik sambut menyambut
Tetapi betapa sukarnya jalan
Badan terhempas, kepala tertumbuk
Hati hancur, pikiran kusut
Namun kembali tiadalah ingin
Ketenangan lama tiada dirinya
Kami telah meninggalkan engkau
Tasik yang tenang, tiada beriak
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
Dari mimpi yang nikmat.

Senin, 03 November 2014

Nikmat Hidup

Setelah diri bertambah besar
Di tempat kecil tak muat lagi
Setelah harga bertambah tinggi
orang pun segan datang menawar
Rumit beredar di tempat kecil
kerap bertemu kawan yang culas
Laksana ombak di dalam gelas
Diri merasai bagai terpencil
Walaupun musnah harta dan benda
Harga diri janganlah jatuh
Binaan pertama walaupun runtuh
Kerja yang baru mulailah pula
Pahlawan budi tak pernah nganggur
Khidmat hidup sambung bersambung
Kadang turun kadang membumbung
Sampai istirahat di liang kubur
Tahan haus tahanlah lapar
Bertemu sulit hendaklah tenang
Memohon-mohon jadikan pantang
Dari mengemis biar terkapar
Hanya dua tempat bertanya
Pertama tuhan kedua hati
Dari mulai hidup sampai pun mati
Timbangan insan tidaklah sama
Hanya sekali singgah ke alam
Sesudah mati tak balik lagi
Baru rang tahu siapa diri
Setelah tidur di kubur kelam
Wahai diriku teruslah maju
Di tengah jalan janganlah berhenti
Sebelum ajal, janganlah mati
Keridhaan Allah, itulah tuju
Selama nampak tubuh jasmani
Gelanggang malaikat bersama setan
Ada pujian ada celaan
Lulus ujian siapa berani
Jika hartamu sudah tak ada
Belumlah engkau bernama rugi
Jika berani tak ada lagi
Separuh kekayaan porak poranda
Musnah segala apa yang ada
Jikalau jatuh martabat diri
Wajah pun muram hilanglah seri
Ratapan batin dosa namanya
Jikalau dasar budimu culas
Tidaklah berubah kerana pangkat
Bertambah tinggi jenjang di tingkat
Perangai asal bertambah jelas
Tatkala engkau menjadi palu
Beranilah memukul habis-habisan
Tiba giliran jadi landasan
Tahanlah pukulan biar bertalu
Ada nasihat saya terima
Menyatakan fikiran baik berhenti
Sebablah banyak orang membenci
Supaya engkau aman sentosa
Menahan fikiran aku tak mungkin
Menumpul kalam aku tak kuasa
Merdeka berfikir gagah perkasa
Berani menyebut yang aku yakin
Celalah saya makilah saya
Akan ku sambut bertahan hati
Ada yang suka ada yang benci
Hiasan hidup di alam maya